Totti dan Del Piero masih berkesempatan mengejar rekor.
Sebagai penggemar calcio Italia, Kami sangat mafhum Anda mengerti betul luar kepala kesepuluh attacante handal tersebut. Relevansi tulisan ini adalah perseteruan dua ikon sepakbola Italia yang telah mundur dari La Nazionale, Alessandro Del Piero dan Fransesco Totti. Sabtu (13/11) malam nanti, keduanya bakal beradu tajam.
Totti, dua tahun lebih muda, yang belum pernah merasakan bermain di Serie B, masih unggul dengan 196 gol 16 gol lebih banyak dari Alex. Keduanya saat ini menjadi penyerang yang masih aktiv bermain yang masih berkesempatan menembus catatan 200 gol.
Di bawah ini kesepuluh capocannonieri Serie A sepanjang masa:
1. Silvio Piola (1929-1954, 537 penampilan/274 gol)
Lahir di Robbio, Italia, 29 September 1913. Piola menjadi legenda terbesar Lazio. Selama memperkuat Biancoceleste, Piola berhasil menyumbangkan 148 gol dari 227 penampilan selama sembilan musim berkiprah di ibukota Italia. Piola yang berhasil mengantarkan Italia menjadi juara dunia saat digelar di tanah sendiri tahun 1938, di mana ia mencetak dua gol di final, pernah membela beberapa klub besar lainnya seperti Juventus dan Torino. Selama berbaju biru Italia, 30 gol dari 34 laga menjadi prosentase terhebat penyerang Italia hingga kini.
2. Gunnar Nordahl (1949-1958, 291 penampilan/225 gol)
Penyerang tangguh asal Swedia ini lahir di Hornefors, Swedia pada 19 Oktober 1921. Sebelum terjun ke belantika sepakbola Italia di tahun 1949 saat bergabung bersama AC Milan, selama 12 tahun Nordahl muda mengasah ketajaman di liga domestik Swedia. Memperkuat klub kecil di kota tempat tinggalnya Horneforf IF dari usia 15 tahun, selama tiga musim ia mampu mencetak 68 gol dari 41 penampilan. Ketajamannya kemudian menarik minat Degerforf IF. Selama empat musim di sini, ia mampu menorehkan 56 gol dari 77 penampilan. Lima musim membela IFK Norkopping, Nordahl yang mencetak 93 gol dari 95 penampilan kemudian memilih berlabuh di Italia.
Bersama AC Milan, Nordahl meraih segalanya. Tujuh musim di Milan, rekor gol 210 dari 257 penampilan menjadikannya attacante tertajam I Rossonerri sepanjang masa.
Selama berkostum merah-hitam, dua kali ia membantu AC Milan meraih dua trofi Liga Champions pada tahun 1951 dan 1955.
Karir Nordahl di timnas Swedia berlangsung singkat, hanya enam tahun berkostum Swedia, 43 gol dari 33 caps berhasil ia torehkan. Sebelum resmi gantung sepatu, selepas memperkuat AC Milan, Nordahl selama dua musim membela AS Roma, di mana di musim terakhir ia sempat menjadi player-manager. Di klub ibukota Italia ini, 15 gol dari 34 laga menunjukkan ketajamannya di usia senja tak pernah pudar.
3. Giuseppe Meazza (1929-1947, 367 penampilan/216 gol)
Kita mengenalnya dengan sebuah nama stadion megah di kota Milano, Italia. Kandang dua klub besar AC Milan dan Internazionale ini mengambil nama dari pemain terbesar mereka Giuseppe Meazza. Meazza berkarir se-zaman dengan Silvio Piola.
Lahir di Milan, 23 Agustus 1910, posisi gelandang sebenarnya menjadi posisi favoritnya, bukan penyerang murni.
Berjuluk "Peppino", Meazza memulai karir bersama Internazionale sejak berusia muda. Debutnya bersama I Nerrazurri saat itu masih berusia 18 tahun, Peppino mampu menjadi capocannonieri dengan 31 gol. Julukan lainnya dari Meazza adalah "il Balilla".
Selama memperkuat Inter, Meazza mampu menorehkan 245 gol dari 348 penampilan memberi bukti kebesaran La Beneamata masa lalu.
Bersama Inter ia memenangkan 3 kali kejuaraan Nasional (1930, 1938 dan 1940) dan menjadi runner-up pada 1933, 1934, 1935; Piala Italia pada tahun 1939 dan juga menjadi top skorer sebanyak 3 kali (1930, 1937, 1938), walau sebelum Serie A pada tahun 1929 ia juga pernah menjadi top skorer. Ia juga menjadi pemain pertama yang telah mendapatkan sponsor pribadi, sesuatu yang luar biasa pada saat itu.
Selepas delapan musim membela Inter, Meazza di luar dugaan menyeberang ke AC Milan. Dua musim di sana, ketajamannya hilang. Hanya mampu menorehkan 9 gol dari 37 laga, Meazza kemudian melalang buana bersama Juventus, Varese, Atalanta sebelum menutup karir kembali bersama Inter.
Di timnas Italia, duetnya bersama Silvio Piola yang memberi gelar Piala Dunia di tahun 1938 merupakan momok tersendiri bagi barisan belakang negara manapun saat itu. 33 gol dari 53 caps menjadi sebuah catatan tersendiri bagi publik Italia. Meazza menutup mata di usia 68 tahun pada 21 Agustus 1968. Hingga kini stadion di San Siro, Milan merupakan bukti kebesaran namanya.
4. Jose Altafini (1958-1976, 459 penampilan/216 gol)
Inilah legiun asal negeri Samba, Brasil yang mampu melegenda di kompetisi Italia. José João Altafini biasa dikenal dengan sebutan “ Mazzola” lahir di Brasil 24 Agustus 1938 merupakan seorang blasteran Brasil-Italia. Menjadi penerus Gunnar Nordahl di AC Milan, dengan rekor gol 120 gol dari 205 laga, Mazzola menjadi kran pembuka eksodus para pemain Brasil ke Italia.
Mengawali karir di Palmeiras selama dua musim (1956-1958), Mazzola berhasil mencetak 85 gol dari 114 penampilan.
Selepas memperkuat AC Milan selama tujuh musim, di tahun 1965, ia hijrah ke Napoli. Di sini, ia juga bermain cukup lama dengan menjaringkan 71 gol dari 180 penampilan. Mazzola kemudian hijrah ke Juventus di tahun 1972. Bersama I Bianconerri selama empat musim, ia menutup karir dengan catatan 25 gol dari 74 penampilan.
Satu catatan paling diingat dari Mazzola adalah mendapat kewarganegaraan ganda. Saat membela Selecao, meski hanya singkat, empat gol dari delapan caps menambah lima gol dari enam penampilannya berbaju Italia membuat Mazzola selalu diingat bagi kedua negara.
5. Roberto Baggio (1985-2004, 452 penampilan/205 gol)
Ini dia, seorang maestro sepakbola Italia. Dikenal sebagai pemain berkuncir yang gagal menjadi algojo tendangan penalti saat penentuan dalam partai final Piala Dunia di Amerika Serikat melawan Brasil di tahun 1994, Baggio menjadi cemoohan publik Italia. Padahal empat tahun sebelumnya, saat bertindak sebagai tuan rumah, Baggio muda menjadi properti paling panas dengan penampilan gemilangnya.
Lahir di Caldogno, Italia pada 18 Februari 1967, Baggio pernah dinobatkan sebagai pemain terbaik FIFA pada tahun 1993.
Lihat bagaimana raihan prestasi penganut Budha ini. 205 gol di Serie A (Fiorentina, Juventus, Milan, Bologna, Inter dan Brescia), 13 gol di Serie C1 (Vicenza), 9 gol di 3 Piala Dunia (1990, 1994, 1998), 27 gol di timnas Italia membuat total 318 gol dalam karirnya.
Baru-baru ini Baggio bakal dinobatkan sebagai peraih Nobel Perdamaian di Hiroshima, Jepang menyusul sikap kepeduliannya terhadap sesama.
6. Francesco Totti (1992-sekarang, 451 penampilan/196 gol)
Musim ini diprediksi gol Pangeran Roma ini bakal menembus angka 200. Sesuatu yang paling ditunggu seluruh Romanisti. Mereka tak peduli AS Roma gagal meraih scudetto yang terakhir diraih sembilan tahun silam. Namun menjadi saksi gol ke-200 Il Capitano merupakan sebuah kehormatan tersendiri.
Totti lahir di Roma 34 tahun silam pada 27 September. Serie A masa kini, yang dikenal dengan pertahanan ketat menjadikan gelar topskor Eropa susah untuk diraih para penyerang Serie A. Namun Totti mampu melakukan itu di tiga tahun lalu. Total 26 gol selain menjadikannya capocannonieri juga menasbihkan dirinya sebagai peraih sepatu emas Eropa yang tahun ini diraih Lionel Messi. Totti merupakan pemain Italia kedua setelah Luca Toni di tahun sebelumnya berhasil meraih gelar tersebut.
Totti dikenal piawai menendang penalti. Satu paling diingat adalah gol di detik terakhir injury tim saat melawan Australia pada Piala Dunia 2006.
Lihat bagaimana dalam berlatih, skill luar biasa legenda Roma ini menipu penjaga gawang.
Prestasi Totti antara lain bersama AS Roma ( juara Serie A tahun 2001, Supercoppa Italia 2007, Coppa Italia 2007, 2008), bersama timnas Italia (UEFA U-21 di tahun 1996, Mediterania Games untuk usia U-23 di tahun 1997, Piala Dunia 2006). Sementara gelar pribadi suami dari Ilary Blasi ini melimpah ruah. Terpilih sebagai bagian dari tim terbaik EURO 2000, pemain terbaik Serie A 2000 dan 2003, pemain terbaik Italia tahun 2000, 2001, 2002, 2003, 2004 dan 2007, masuk ke dalam FIFA 100, masuk ke dalam FIFA All Stars Team dalam Piala Dunia 2006, pencetak gol terbanyak Serie A 2006-2007, USSI Silver Ball 2007-2008, TOP 15 pencetak gol terbanyak sepanjang masa AS Roma, penampilan terbanyak sepanjang sejarah AS Roma.
7. Kurt Hamrin (1956-1971, 400 penampilan/190 gol)
Swedia lagi-lagi menyuplai penyerang kelas wahid di Serie A. Legenda Fiorentina bernama lengkap Kurt Roland Hamrin ini lahir Stockholm, Swedia 19 November 1934. Di kenal sebagai penggedor nomor satu La Viola sebelum kedatangan Gabriel Batistuta. Selama sembilan musim memperkuat klub kota Firenze dari tahun 1958, Hamrin berhasil menorehkan 150 gol dari 289 penampilan. Selain memperkuat Fiorentina, Hamrin juga sempat membela Juventus, AC Milan dan Napoli.
8. Giuseppe Signori (1991-2004, 344 penampilan/188 gol)
Hidup di bawah bayang-bayang Roberto Baggio. Itulah cerita sepanjang karir Giuseppe "Beppe" Signori. Penyerang kidal klasik ini lahir pada tanggal 17 Februari 1968 di Alzano Lombardo, Italia. Beppe dianggap sebagai salah satu pemain sepakbola terbaik di dunia, walaupun dia tidak pernah mendapatkan dan memberikan gelar untuk timnya.
Di level klub, Beppe Signori bermain untuk Leffe (1984-1986), Piacenza (1986-1987 dan 1988-1989), Trento (1987-1988), Foggia (1989-1992), Lazio (1992-1997), Sampdoria (Januati-Juni 1998), dan Bologna (1998-2004).
Di penghujung karirnya, Beppe Signori mencoba peruntungannya di luar Italia, dia bermain untuk Iraklis Thessaloniki (klub Yunani), pada tahun 2004. Pada Oktober 2005, Beppe Signori menandatangani kontrak 1 tahun dengan MFC Sopron, klub dari Hungaria. Klub asal Hungaria iitu adalah klub terakhirnya Beppe Signori.
Beppe Signori menjadi top skor di Liga Italia Serie A sebanyak 3 kali, yaitu pada tahun 1993, 1994, dan 1996. Pada tahun 1996, Beppe Signori menjadi top skor Serie A bersama Igor Protti. Secara keseluruhan, dia mencetak 188 gol di semua divisi profesional sepakbola Liga Italia. Pada musim panas 1995, muncul desas-desus bahwa dia akan dijual oleh Lazio ke A.C. Parma, tetapi akhirnya transfer itu dibatalkan karena berita kerusuhan dan tekanan dari fans Lazio kepada manajemen klub.
Beppe bermain untuk timnas Italia sebanyak 28 kali dan mencetak 7 gol. Satu-satunya turnamen besar yang pernah diikuti Beppe adalah Piala Dunia FIFA 1994 di Amerika Serikat, dimana ketika itu dia ikut andil besar dalam 2 gol penting timnas Italia.
Keunikan dari Beppe adalah gayanya dalam mengambil tendangan penalti. Dia selalu berdiri disamping bola, tanpa ancang-ancang dan langsung menendang. Setelah pensiun, Beppe bekerja sebagai cendekiawan sepakbola Serie A di Radio RAI, Italia. Pada tahun 2008, ia berhenti bekerja di RAI Radio, dan bergabung dengan klub Ternana Calcio, sebagai Direktur Tim Sepakbola.
9. Gabriel Batistuta (1991-2003, 318 penampilan/184 gol)
Legenda hidup Fiorentina. 168 gol dari 269 penampilan bersama si Ungu, menjadikan dirinya dianggap dewa bagi publik Firenze. Sebuah patung pun dibuat untuk memuja dirinya. Lahir di Avelladeda, Santa Fe, Argentina 1 Februari 1969, Batigol dikenal sebagai penyerang tajam dengan tendangan keras.
Frustasi tanpa gelar Serie A meski torehan golnya sangat tajam, Batigol hijrah ke AS Roma di tahun 2001 yang langsung memberikannya trofi Serie A. Hal ini membuat marah tifosi ultras Fiorentina. Patung Batigol pun dihancurkan.
Di level timnas Argentina, Batigol menjadi pemain paling tajam dengan 56 gol dari 78 penampilan. Mencetak hattrick di dua Piala Dunia, 1994 dan 1998 membuat Batigol akan selalu dikenal sebagai penyerang klasik terbaik yang pernah ada.
10. Alessandro Del Piero (1993-sekarang, 432 penampilan/180 gol)
30 Oktober 2010, Alex resmi memecahkan rekor Giampiero Boniperti dengan 179 gol. Alex menjadi top skorer sepanjang masa Juventus dan akan terus menjauh dengan raihan gol demi golnya.
Lahir di Conegliano, Veneto, 9 November lalu suami Sonia Amoruso ini genap berusia 36 tahun. Memulai karir di klub Serie B Padova, Alex yang juga biasa dipanggil ALE hijrah ke Juventus. Ale muda kemudian menggeser Roberto Baggio di tim inti.
Pinturiccio julukan dari Alex dikenal sebagai pemain yang menyerang dari sisi kiri pertahanan lawan, kemudian masuk ke sisi dalam pertahanan, dan mengakhiri dengan tendangan kaki kanan ke arah tiang jauh gawang. Del Piero Zone, biasa disebut. Kini cara mencetak gol seperti ini sering kita saksikan dari aksi-aksi Lionel Messi meski dengan posisi sebaliknya.
Membicarakan Alex adalah membicarakan sebuah loyalitas tanpa batas. Saat Juventus tersandung calciopoli di tahun 2006, Alex tetap tabah memimpin Juventus yang dihukum harus berlaga di Serie B. Capocannonieri Serie B pun menghinggapinya.
Masih berhasrat untuk terus membela Juventus meski mulai sering masuk ke lapangan sebagai pemain pengganti, Alex berencana menembus rekor 200 gol serie A. sebenarnya jika tak tesandung kasus calciopoli, bintang tiga tanda gelar ke-30 Serie A bukan tak mungkin sudah dipersembahkan sang Maestro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar