Selasa, 23 November 2010

No Anarkis! No Rasis!

Love. Peace
Tiga supoter Persebaya Surabaya tewas. Ketiganya adalah A Fathoni (21), Ari Sulistiyo (16), dan seorang belum diketahui identitasnya. Fathoni, warga Cerme Lor RT 1/RW 2 Gresik,  meregang nyawa sesaat setelah terjatuh dari kereta api (KA) saat melintas di Nganjuk. Ari juga sama. Pelajar SMKN Surabaya yang berdomisili di Dukuh Menanggal tewas mengenaskan di Jembatan Kali Ijo Desa Buniayu Banyumas. Sebelum terhempas dari atas kereta api, Ari terlebih dulu tersangkut di kabel. Satu korban lagi juga terjatuh dari kereta api.

Baik Fathoni, Ari, dan korban tanpa nama berangkat atas nama fanatisme terhadap tim kesayangannya, Persebaya. Persebaya melakukan partai tandang ke Bandung dan Bonek (sebutan bagi pendukung Persebaya) tak ingin membiarkan timnya bermain di kandang orang tanpa dukungan. Lantas, sekitar 7000 ribu Bonek - dengan modal seadanya, tentu saja - nekat berangkat ke Bandung. Komisi Disiplin (Komdis) PSSI sebetulnya menjatuhkan sanksi dua tahun bagi Bonek untuk tidak mendukung timnya di parta tandang. Polda Jawa Timur juga meminta agar Bonek mengurungkan niatnya. Namun, Bonek sama sekali tak menghiraukan. Menantang maut, Bonek menumpang kereta api, bahkan sampai rela menyabung nyawa di atas gerbong.

Bonek tak sendiri. Di pentas sepakbola nasional, kita mengenal Jak Mania (fans Persija Jakarta), Bobotoh (fans Persib Bandung), Aremania (fans Arema Malang), NJ Mania (fans Persitara Jakarta Utara), Persipura Mania (fans Persipura), Bontang Mania (fans Bontang FC), dan lain-lain.

Saat ini, sangat muskyil mencari suporter yang menjunjung tinggi semangat fairplay, norma-norma kemanusiaan, pun rambu-rambu lalu lintas. Aremania - suporter yang pernah mendapat penghargaan suporter terbaik - juga melakukan tindakan tak terpuji. Saat Arema menjamu Persipura beberapa waktu lalu, segelintir fans Singo Edan melakukan hal-hal berbau rasisme.

Kebencian terhadap kelompok suporter tim lain secara gamblang bisa dilihat saat partai kandang masing-masing tim. Kalimat-kalimat sarkastis seperti: ANJING dan DIBUNUH SAJA acapkali dinyanyikan secara koor oleh suporter tuan rumah.

Tak jarang, kebencian suporter juga merembet ke pemain. Persija dan Persib, misalnya. Jak Mania dan Viking ibarat air dan minyak, tak bisa bertemu. Keduanya menyimpan dendam mendalam. Saat Persija tandang ke Stadion Si Jalak Harupat Kabupaten Bandung, 9 Januari 2010, seluruh ofisial dijaga ketat. Untuk mengantisipasi tindakan yang tak dinginkan, Polda Jabar sampai-sampai mengangkut Bambang Pamungkas dan kawan-kawan dari hotel ke stadion dengan menggunakan kendaraan taktis (rantis). Rantis merupakan kendaraan semi tempur yang memiliki ketebalan baja 1 cm. "Ini bukan yang pertama kali kami naik ini. Sudah sering," kata striker Persija Aliyudin kepada djarumsuper yang juga berada di rantis. Penjagaan ketat juga dilakukan Polda Metro Jaya setiap kali Persib main di Jakarta.

PT Liga Indonesia (PI) selaku penyelenggara DISL (Djarum Indonesia Super League) mengaku jengkel dengan ulah para suporter. "Kami meminta agar suporter jangan anarkis dan rasis," sungut Joko Driyono, CEO PT LI. Joko meminta, dalam putaran kedua nanti (kick off 9 Februari), jika masih ada suporter yang mengatakan ANJING dan DIBUNUH SAJA, maka wasit segera menghentikan pertandingan. "Pertandingan kembali dimulai, kalau suporter tak menyebut kata-kata itu. Bagi kita, kata-kata itu adalah rasis. Kita ingin membangun sepakbola yang santun," tandas Joko.

Ketua Umum PSSI Nurdin Halid meminta pihak kepolisian untuk bertindak tegas terhadap suporter anarkis. Nurdin secara eksplisit mengaku mendapat masukan bahwa tingkah suporter terkadang sudah berada di atas ambang kewajaran. "Suporter seperti itu harus ditindak tegas. Polisi jangan ragu-ragu, karena mereka sudah merusak citra sepakbola nasional," tutur Nurdin.

Kita berharap, di putaran kedua DISL mendatang, suporter masing-masing klub lebih dewasa lagi dalam berpikir terlebih bertindak. Menghilangkan kebencian, merapatkan barisan guna mempererat tali persaudaraan. Itu bertujuan demi kejayaan sepakbola nasional.

No anarkis! No Rasis! Love and peace.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar